INET99.ID - Dalam dinamika kehidupan bangsa, ekonomi dan politik menjadi dua pilar utama yang menentukan arah peradaban. Menurut pengamat politik Dian Rahadian, ekonomi dan politik adalah ujung dan pangkal peradaban yang pada akhirnya terkristalisasi dalam teknologi. Namun, ia juga menekankan pentingnya elemen budaya, tradisi, dan adat sebagai pondasi yang mendukung perjalanan sebuah bangsa.
"Adat adalah pondasi pemberangkatan siapa kita dan apa yang kita punya," ujar Dian.
Adat, menurutnya, menjadi landasan moral yang membentuk identitas individu maupun kolektif. Di sisi lain, tradisi mempertegas dan mengekspresikan nilai-nilai tersebut, menciptakan kecerdasan dan kesadaran tentang tanggung jawab moral dan spiritual.
Budaya, lanjut Dian, memiliki peran strategis sebagai alat perjuangan, baik secara lahir maupun batin. Ia dapat menjadi sarana pengabdian yang memperkuat bangsa atau, sebaliknya, alat penghancur yang menjajah bangsa sendiri maupun bangsa lain.
"Budaya adalah senjata yang sangat kuat. Ketika disalahgunakan, ia bisa menjadi ancaman bagi identitas bangsa," tambahnya.
Dian juga mengingatkan bahwa peradaban tidak hanya ditentukan oleh teknologi sebagai hasil akhir dari ekonomi dan politik. Budaya dan tradisi tetap menjadi penggerak utama yang membentuk moralitas dan spiritualitas bangsa. Tanpa fondasi yang kuat dalam adat dan tradisi, perkembangan ekonomi dan politik dapat kehilangan arah, bahkan merusak tatanan sosial.
Ekonomi dan politik memegang peran vital dalam menentukan keberlangsungan peradaban suatu bangsa.
Namun, apa jadinya jika bangsa tertinggal dalam aspek ekonomi dan politik? Pengamat politik Dian Rahadian memberikan pandangan mendalam mengenai dampak serius yang dapat terjadi ketika bangsa gagal mempertahankan elemen-elemen fundamental seperti budaya, tradisi, adat, dan kedaulatan teritorial.
"Jika tertinggal secara ekonomi dan politik, maka kita akan menjadi bangsa apa?" tanya Dian secara retoris. Baginya, ketertinggalan ini bukan hanya soal kemiskinan material, tetapi juga ancaman terhadap eksistensi bangsa itu sendiri di kancah global. Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa kehilangan budaya dan tradisi adalah awal kehancuran identitas bangsa.
"Jika kita sudah meninggalkan budaya sendiri bahkan terdominasi budaya luar, maka kita akan menjadi bangsa seperti apa?" tambahnya. Budaya, tradisi, dan adat adalah pilar identitas yang membentuk karakter suatu bangsa. Ketika elemen-elemen ini memudar, bangsa kehilangan arah dan mudah dijajah baik secara fisik maupun mental.
Dian juga menyoroti hilangnya kedaulatan teritorial sebagai ancaman nyata terhadap keberlangsungan bangsa.
"Bagaimana jika tradisi dan adat juga hilang? Bangsa apa kita ini? Apalagi jika secara teritorial kita sudah tidak berdaulat, tergadaikan, bahkan dirampok secara sistemik (radikal halus)," tegasnya.
Ia mempertanyakan apakah sebuah negara masih layak disebut bangsa besar jika tanah dan airnya dimiliki oleh bangsa lain.
"Apakah tidak terlihat lucu ada nama negara dan ada bangsanya, namun tidak punya tanah dan air? Apakah masih ada sisa teritorial itu?" tanyanya dengan nada kritis.
Dian mengingatkan bahwa kehilangan kedaulatan atas tanah dan sumber daya alam berarti hilangnya kemerdekaan secara lahir dan batin.
Dalam refleksi mendalamnya, Dian mempertanyakan status bangsa ini:
Masih layakkah kita disebut bangsa besar?
Masih banggakah kita sebagai bangsa yang kaya secara lahir dan batin?
Masih adakah kemerdekaan lahir dan batin dalam tubuh bangsa ini?
Ia menutup pernyataannya dengan peringatan keras: "Jangan sampai bangsa ini menjadi Bangsa Jadah Jahiliyah, sebuah bangsa tanpa identitas, harga diri, dan kedaulatan." Menurutnya, mempertahankan ekonomi, politik, budaya, dan tradisi bukan hanya soal kelangsungan hidup, tetapi juga kehormatan bangsa di mata dunia.
Editor : Jhon
Media : iNet99.id
@copyright2025