![]() |
Google news |
INET99.ID - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di awal
pemerintahan Presiden Prabowo Subianto unjuk kekuatan.
Menurut Bahlil yang juga Ketua Umum Partai
Golkar ini, pemerintah bakal menerapkan skema baru dalam penyaluran subsidi
bahan bakar minyak (BBM).
Sebab selama ini subsidi dianggap tidak tepat sasaran dan banyak yang bocor.
Karena itu penjualan BBM bersubsidi seperti
Pertalite akan dibenahi.
Salah satu konsumen yang bakal dilarang
membeli Pertalite adalah driver ojek online (ojol).
Sebab pendistribusian Pertalite hanya
difokuskan kepada kendaraan berpelat kuning, seperti angkutan umum.
Hal ini untuk memastikan tarif transportasi
tetap stabil.
"Yang berhak menerima subsidi adalah
kendaraan yang berpelat kuning. Angkot, transportasi, supaya apa? Harganya,
transportasinya enggak boleh naik," ujarnya dikutip dari
Tribunnews.com.
"Harga angkutannya enggak boleh naik.
Kalau angkutan barang yang berpelat hitam, ya ubah ke pelat kuning, karena kita
kan ingin memberikan ini kepada yang berhak," imbuhnya.
Menurut Bahlil, ojol tergolong usaha atau bisnis pribadi.
Bahkan, mayoritas ojol masih tergolong mampu
karena memiliki kendaraan pribadi.
"Masa yang kayak gini disubsidi? Tetapi
kita hitung baik, yang jelas bijaksana untuk bijaksana," kata Bahlil.
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin
Ak, dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya.
Menurut Amin, kebijakan ini dinilai tidak
berpihak pada pelaku usaha mikro.
"Pada hakikatnya pengemudi ojol merupakan
pelaku usaha mikro, yang mereka jual adalah jasa transportasi. Mereka layak
dapat bantuan," kata Amin.
Wakil Ketua Fraksi PKS itu membeberkan bahwa
pengemudi ojek online adalah bagian dari pelaku usaha mikro yang menopang
perekonomian keluarga.
Dalam banyak kasus, mereka mengandalkan
subsidi BBM untuk menjaga biaya operasional tetap rendah sehingga penghasilan
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Merujuk data yang diolah dari berbagai sumber,
jumlah pengemudi ojol di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 4 juta orang
pada tahun 2024.
Angka ini mencakup mitra dari berbagai
platform, dan berpotensi bertambah tisap tahun.
Rata-rata penghasilan pengemudi ojek online di
Indonesia bervariasi tergantung pada wilayah, jumlah pesanan, dan sistem
insentif dari aplikator.
Menurut survei terbaru, per bulan, rata-rata
pendapatan mereka berada di bawah Rp 3,5 juta, dengan jam kerja antara 8 hingga
12 jam per hari tanpa hari libur.
“Kita harus memahami bahwa pengemudi ojek online bukan sekadar profesi, tetapi bagian dari sektor usaha mikro yang memiliki kontribusi nyata terhadap roda perekonomian," ujarnya.
Menurut Amin, melarang mereka menggunakan BBM
bersubsidi sama saja membebani mereka dengan biaya tambahan yang tidak
sebanding dengan penghasilan mereka.
Lebih lanjut, Ia menyoroti bahwa subsidi BBM
bertujuan untuk membantu kelompok masyarakat yang rentan secara ekonomi.
Pengemudi ojek online termasuk dalam kelompok
tersebut, sehingga tidak adil jika mereka dikecualikan dari akses subsidi yang
seharusnya mereka terima.
Amin Ak mengimbau pemerintah untuk mencari
solusi lain yang lebih adil dan berpihak pada rakyat kecil.
Jika ada kekhawatiran tentang penyalahgunaan
subsidi BBM, pemerintah bisa meningkatkan pengawasan atau merancang skema
distribusi yang lebih tepat sasaran.
"Namun, jangan sampai para pelaku usaha
mikro dan kecil justru menjadi korban dari kebijakan ini," tegasnya.
Amin Ak pun berharap kebijakan yang diambil
pemerintah selalu berpihak pada keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.
Demo Besar
Ketua Umum Garda Indonesia Igun Wicaksono
menyebut, ojol memainkan peran penting dalam transportasi masyarakat dan
seharusnya dianggap sebagai bagian dari angkutan publik.
"Jika sampai ojol tidak dapat menerima
atau mengisi BBM bersubsidi, maka pasti akan terjadi gelombang aksi unjuk rasa
besar-besaran di seluruh Indonesia," katanya kepada Kompas.com
Igun juga bercerita selama 5–6 tahun terakhir,
pihaknya telah berjuang untuk mendapatkan legalitas bagi driver ojol serta
mendorong regulasi yang lebih jelas dari pemerintah.
"Pernyataan ojol tidak berhak mendapatkan
subsidi BBM karena bukan angkutan publik ini merupakan hal yang tidak bisa kita
terima," kata Igun.
Sehingga penolakan ini berpotensi memicu aksi
demonstrasi besar-besaran di seluruh Indonesia sebagai bentuk protes terhadap
keputusan pemerintah.
Garda Indonesia menyebut bahwa aksi tersebut
akan menjadi peringatan agar pemerintah lebih memperhatikan nasib mereka yang
selama ini telah mendukung ekonomi kerakyatan.
Baca lengkap Disini