Di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, sektor pertanian di Indonesia dituntut untuk lebih inovatif dan berkelanjutan. Menurut laporan Kementerian Pertanian, curah hujan yang tidak menentu dan suhu yang meningkat drastis menyebabkan perubahan pola tanam dan menurunkan produktivitas tanaman.
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh para ahli adalah penerapan sistem pertanian berkelanjutan, yang tidak hanya berfokus pada hasil panen, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem. Teknologi seperti pertanian organik, agroforestri, dan pengelolaan air yang cerdas kini menjadi pilihan utama untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Banyak petani di daerah Jawa Tengah dan Sulawesi mulai beralih menggunakan pupuk organik dan metode rotasi tanaman, yang terbukti mampu menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Selain itu, irigasi tetes dan penggunaan sensor tanah telah membantu petani menghemat air dan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan.
Siti Nurhaliza, seorang petani padi di Klaten, Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam menghadapi perubahan iklim. "Dulu, kami sering kehilangan panen karena kekeringan atau banjir. Sekarang, dengan irigasi yang lebih baik dan penggunaan pupuk alami, hasilnya lebih stabil," ujarnya.
Namun, meskipun manfaatnya sudah dirasakan oleh beberapa petani, adopsi teknologi pertanian berkelanjutan ini masih terkendala oleh keterbatasan akses informasi dan modal. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk membantu para petani mengakses teknologi dan pelatihan yang diperlukan.
Ke depan, diharapkan Indonesia bisa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pertanian berkelanjutan menjadi kunci utama dalam mewujudkan ketahanan pangan yang kuat dan menghadapi tantangan iklim global.***
---